Keresahan Yang Muda Menilai Pemimpin Baru Indonesia
Suasana riuh rendah dari orang-orang yang tengah duduk di bangku plastik. Mereka duduk di bawah tenda dari terpal berwarna biru. Tidak jauh dari mereka, terdapat beberapa bilik yang telah diisi oleh warga lainnya yang sudah datang lebih awal.
Orang-orang di bilik tak beratap itu tampak membaca dan melihat-lihat kertas yang telah diberikan panitia acara. Kemudian https://hickoryridgegrill.com/ mereka melubangi kertas putih tersebut di salah satu gambar yang ada dengan paku yang tersedia di dalam sana.
Usai adegan itu, mereka melipat kembali kertas-kertas itu dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak besar di luar bilik.
Salah satu jari mereka, biasanya kelingking, ‘secara paksa’ atau suka rela akan diarahkan untuk dicelupkan di botol tinta warna biru. Pencelupan adalah bukti kalau mereka telah melubangi kertas di dalam bilik. Ya, itu rentetan peristiwa yang biasa terlihat saat pemilihan umum (pemilu) tiba.
Suasana ini akan segera kembali terjadi beberapa waktu ke depan, tepatnya tanggal 14 Februari 2024. Hari yang dikenal sebagai Hari Kasih Sayang di seluruh dunia akan menjadi hari di mana warga Indonesia menentukan pilihan mereka untuk masa depan negaranya sendiri.
Melansir Antara, Pemilu 2024 nanti sendiri akan didominasi oleh pemilih muda berusia 17-40 tahun dengan jumlah sekitar 107 juta orang atau 53-55% dari total jumlah pemilih.
Tidak sedikit juga di antaranya adalah pemilih pemula atau orang-orang yang baru pertama kali menjadi pemilih. Maka dari itu, penting rasanya bagi para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk mempunyai program dan mengatur siasat guna menarik perhatian dan minat manusia-manusia muda ini.
Itu juga disampaikan oleh pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta M. Zaki Mubarak. Dia mengatakan, pentingnya bagi capres ini untuk mengatur strategi yang sesuai dengan budaya dan cara berpikir generasi muda. Apalagi jika melihat para capres ini tidak ada yang mewakili generasi muda.
Menilai Pemimpin Baru Indonesia
Prabowo Subianto misalnya, berusia 72 tahun. Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang tahun ini sama-sama di rentang usia 50 tahunan. Ketiganya sama-sama berada di generasi boomer dan X, sementara kebanyakan pemilih nantinya adalah generasi milenial dan Z.
“Maka dari itu, banyak tantangan dari para capres ini. Semuanya masuk kategori old generation. Isu-isu yang diusung sering terlalu elitis dan kurang membumi, menurut standar anak-anak muda dan pemilih pemula. Makanya jangan isu-isu usang, jualan politik identitas, sudah tidak relevan lagi,” ucap Zaki yang berbincang dengan Validnews viab telepon, Jumat (13/10).
Harapan Pemilih Muda
Hal tersebut juga disadari oleh Lilis (28), salah seorang pemilih muda asal Bekasi. Menurutnya, kandidat capres yang ada saat ini memang ‘tua-tua’.
Meski begitu, Lilis melihat kalau para capres ini berusaha mendekat dengan anak muda dengan berbagai cara. Salah satunya dengan ragam pendekatan di media sosial.
Sayangnya, untuk program spesifik apa yang akan mereka lakukan saat menjadi presiden nanti belum terlihat. Padahal, sangat disayangkan karena mayoritas orang Indonesia berada di usia produktif, termasuk menjelang bonus demografi Indonesia Emas 2030-2045.
“Gimana mereka memanfaatkan anak muda ini belum kelihatan aja karena program-program yang seliweran ya yang bahas soal BBM gratis lah atau gaji buruh naik, bukan menyasar ke anak muda,” kata Lilis.
Lilis menjawab spesifik apa yang ia ingin paham. Salah satunya mengenai masalah kesehatan. Dia ingin capres mengulas pemberantasan stunting yang harus terus dilanjutkan sampai prevalensinya benar-benar rendah secara nasional.
Komentar Terbaru